Sunday 20 April 2008

You're How Old?!? 40th Birthday Ideas

Are you turning 40 or planning a party for the 4th decade celebration? A great theme for the celebration is "Be Happy With Your Age." If you don't know what that is, here's David Leonhardt's version...

40th Birthday Ideas"Well, Happy Birthday! How old are you anyway?"

"Oh, I'm just 29 … again."

It's a harmless game, denying our age, right? We play sensitive about our age as we get older, as we get further away from birth and closer to death. It's just a way to share our unease of growing older with people around us.

Try as we might, time marches on and we get older just the same. I was reminded about this when I recently read that we are now seven million years old. That's at least a million years older than we were just one year ago.

Of course, that does not mean you or I personally aged a million years in the past 365 days. That would be either a horror movie or the work of a genius. An early human skull found in the Sahara Desert is 7 million years old, pushing "the start of human evolution back at least another million years."

For you and me, age is important. Denying one's age, or even being sensitive about it, can be disabling. Our years, our lines, our scars are part of who we are. They should be a matter of comfort and pride. Happiness eludes us when we feel embarrassed, guilty, or shy about who we are.

It's time for each of us to take pride again in everything we are. Try saying something like this: "I am pushing 40 (or whatever age applies to you). I have lived 40 years. I have survived 40 years. I have experienced 40 years. I have learned from 40 years. (I have much more to learn, so God, please let me live another 40!) I have thrived, mostly, during 40 years. And I am proud of every one of those years."

Once upon a time, the elders of the village were revered. They bore both knowledge and wisdom. Now we settle for just knowledge. The elders carried traditions down from generations. Now we just create brand new "traditions". The elders were our leaders. Now we downsize them.

Youth has its own beauty, its own advantages, its own reasons to be admired. So, too, does middle age. In fact, every age is important and every age is beautiful. How old are you right now? (Really, I don't mean "29 again".) Whatever age you are, right now that is the perfect age -- and the perfect age to be proud of.

Oh sure, it is sort of harmless to kid about one's age. And many people joke about it harmlessly. But many of us also have a deep unease about our age and our aging -- an unease that can hold back our self-esteem.

I recall sitting in my pew when it suddenly dawned on me why one member of the all-female choir looked so different. Every lady was at least 40 years old, but the other heads were jet black or honey brown or sandy blonde or some other artificial tint. White Top Lady packed a loaded bundle of white hair.

It is not a sin to dye one's hair, as long as we don't do it during the service. It is just one of many ways we adorn ourselves. But the sight of a dozen elderly ladies with hair colors impossible for their age made me want to laugh out loud right there in church. (I resisted.) All the heads would probably have looked normal if White Top Lady's hair had not been screaming out, "I'm proud of my color. I'm proud of my age. I'm not going to hide."

It's time to be proud of everything about ourselves, including our age. So to everybody reading this, "Happy Seven Millionth!"

(David Leonhardt is the Happy Guy, motivational speaker and author of "Climb your Stairway to Heaven: the 9 habits of maximum happiness".)

Saturday 12 April 2008

Hari Minggu Pekan Depan, 40 Tahun akhirnya

Demi masa
Sesungguhnya manusia itu benar benar berada dalam kerugian
Kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
Supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran
(Surat Al 'Ashr)


Seseorang merayakan ulang tahun di hari ini. Dengan mata berbinar, ia meniup nyala lilin yang menunjukkan angka 40. Tepuk tangan mengiringi padamnya nyala lilin. Lalu, para sejawat menyalaminya, sembari mengucapkan, ''life begins at 40.'' Seseorang yang merayakan ulang tahun tersenyum puas. Ya, kehidupan dimulai pada usia 40!

Kita yang merasa diri modern, agaknya, setuju dengan ungkapan tersebut. Lahir dari rahim kultur Barat, ungkapan itu merefleksikan fase kehidupan anak-manusia. Melewati pengasuhan, seorang anak memulai penempaan dirinya, di bangku pendidikan dasar hingga ke perguruan tinggi. Masa pendidikan ini merupakan persiapan memasuki masa bekerja.

Masa bekerja ini, katakanlah, di saat usia 25. Usia seperti itu sungguh enerjik, penuh vitalitas untuk membangun karier. Budaya Barat yang mengedepankan perencanaan hidup yang matang, menyebabkan seseorang memiliki dinamika yang tinggi didukung kesehatan fisik yang prima untuk mewujudkan rencana hidup (baca: karier).

Lima belas tahun ke depan, selaiknya ia telah berada pada karier yang mapan. Tak mengherankan, pada usia 40, kehidupan seseorang ditentukan: sukses atau gagal. Seseorang yang berhasil mewujudkan impian, meraih karier tertinggi, niscaya tersenyum puas sembari mendesis, ''hidup (kesenangan) dimulai di usia 40.''

Seseorang berulangtahun ke-40 hari ini. Tapi, ketika pesta ria usai, apa makna usia 40? Islam sesuai surat Al 'Ashr justru tentu tak memberikan batasan waktu. Surat tersebut, berdasarkan pemahaman saya yang awam, menawarkan kesadaran betapa tiap detik waktu kita di bumi beharga. Betapa mereka yang lalai menghiasi waktu dengan kebajikan menjadi sosok yang merugi. Al'Ashr mengingatkan kita betapa sedikit waktu yang dimiliki.

Tak mengherankan, Rasulullah SAW mengingatkan, ''Ambillah kesempatan lima sebelum lima: mudamu sebelum tua, sehatmu sebelum sakit, kayamu sebelum melarat, hidupmu sebelum mati, dan senggangmu sebelum sibuk'' (HR. Al Hakim dan Al Baihaqi).

Tapi, akankah kehidupan baru dimulai, di usia 40? Kendati Islam mengajarkan setiap detik yang dimiliki beharga untuk menghiasi kehidupan ini dengan amal kebajikan, agaknya, pejalan ruhani pun memaknai (usia) 40. Sayid Muhammad Mahdi Thabathaba'I Bahrul Ulum di bukunya As-Sair Wa As-Suluk (Penerbit Lentera) mengungkapkan, Muhammad diangkat sebagai rasul pada usia 40.

Berdalih akal manusia sempurna pada usia 40 sesuai kemampuannya, ia mengandaikan, perjalanan manusia di alam materi (di antaranya pertumbuhan fisik yang dimulai 0 tahun) berakhir di usia 40. Seiring berakhirnya perjalanan di alam materi, manusia memasuki perjalanan menuju akhirat. Dalam bahasa berbeda, seiring dengan merapuhnya fisik, selaiknya manusia kian mengisi waktunya dengan memperbanyak ibadah (ia mengandaikan dengan ''dimulainya perjalanan roh.'').

Berkaitan dengan usia 40 ini, ia mengutip sebuah riwayat, ''barangsiapa yang telah mencapai usia 40 tahun dan belum mengambil tongkat, maka ia telah bermaksiat.''Takwil tongkat ialah bersiap-siap untuk melakukan perjalanan menuju akhirat.

Angka 40, bagi Muhammad Mahdi, pun berkait dengan 40 "maqam" pada suluk yang dimulai dengan "maqam" ikhlas. Ini sesuai dengan Hadis Nabi yang dikutipnya ''Barangsiapa mengikhlaskan (amalnya) semata-mata untuk Allah selama 40 hari, maka akan muncul sumber-sumber hikmah dari hati melalui lisannya.''

Mungkin kita belum patut menjadi salik yang mencelupkan diri pada suluk. Namun, dari pelajaran suluk itu, kita dapat memetik tangkai kearifan saat melanjutkan kehidupan di usia 40. Adakah di saat tubuh mulai merapuh sesuai sunnatullah siklus pertumbuhan biologis justru memasuki masa penyurutan di usia 40 kita mulai mengembangkan kekayaan ruhani, kematangan emosi, dengan melipatgandakan peribadatan.

Jangan-jangan terpengaruh budaya Barat, kita enggan menggenggam tongkat, dan mengikuti ungkapan ''hidup bersenang-senang dimulai pada usia 40'' sehingga tercebur ke genangan maksiat. Seseorang yang berulangtahun ke-40, sudahkah engkau ambil tongkat, untuk memulai perjalanan roh?
(Rudy Harahap/Republika, 2003 )

Apa Dimana

Halo, Apa kabar? Saya sekolah lagi di Queensland University of Technology (QUT) Brisbane Ausralia sejak bulan July 2006 lalu, and Insya Allah seharusnya sudah kelar pada akhir tahun 2009. Alhamdulillah saya memperoleh beasiswa dari Pusat Penelitian BEE QUT. Ini merupakan beasiswa kedua setelah saya dapat beasiswa TPSDP untuk sekolah tingkat Master di Victoria University Melbourne Australia.